Selasa, 09 Februari 2010

The Great Queen Seon Deok Tamat, Pemirsa Masih Belum Puas



Seperti dikutip dari http://www.indosiar.com/gossip/83606/the-great-queen-seon-deok-tamat-pemirsa-masih-belum-puas [Edisi online: Senin, 28 Desember 2009] — Drama populer Korea The Great Queen Seon-deok dan juga drama rivalnya Angel’s Temptation akhirnya usai tayangnya di negeri asalnya, Korea Selatan. Khusus The Great Queen Seon-deok mengakhirinya dengan episode ke-62 yang memperoleh rating 35,7%. Walau rating tersebut tinggi, namun berakhirnya drama tersebut disikapi oleh reaksi bermacam-macam. salah satunya ketidakpuasan.

Ketidakpuasan itu mungkin karena kisah episode terakhir The Queen Seon-deok berakhir seperti terasa menggantung. Perasaan itulah juga dirasakan oleh bintang drama ini aktris Lee Yo-won yang memerankan karakter utama Ratu Seon-deok. Menurutnya, kisah drama ini seperti belum selesai dan juga Yo-won merasa masih banyak kekurangan dari perannya.

Walaupun begitu Lee Yo-won merasa telah belajar banyak dari membintangi drama ini sekalipun harus menempuh waktu syuting panjang selama 11 bulan dan melalui banyak kesulitan. Bahkan iapun belum kapok bermain drama panjang lagi, hanya saja kali ini ia ingin drama tersebut berseting di masa depan yang futuristik.

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 60

Tayang Rabu, 3 Februari 2010 pukul 16:30 WIB di Indosiar

Di istana, permintaan agar Ratu Seon Deok mengungsi dari Seorabol ditentang habis-habisan oleh Yongchun dan Kim Seohyeon.

Dikutip dari http://www.indosiar.com/sinopsis/84266/the-great-queen-seon-deok-episode-60 [Edisi online: Rabu, 3 Februari 2010]Ratu Seon Deok (Lee Yo-won) ternyata punya rencana sendiri, ia memutuskan untuk bertahan dan mengirim Chunchu (Yoo Seung-ho) ke tempat persembunyian. Keputusan itu ditentang oleh Chunchu, namun Ratu Seon Deok langsung menenangkan dengan mengatakan bahwa ia tidak akan membiarkan Bidam (Kim Nam-gil) berkuasa.

Begitu keputusan tersebut disampaikan ke Bidam, pria itu masih berusaha mengubah pendirian Ratu Seon Deok. Begitu sang ratu menolak, Bidam merasa sakit hati karena tahu dirinya sudah tidak lagi mempercayainya. Setelah Bidam melangkah pergi, Ratu Seon Deok langsung teringat dengan momen-momen yang terjadi antara dirinya dengan Bidam, termasuk ketika sang orang kepercayaan memeluknya erat-erat.

Setelah mendapat laporan dari Godo (Ryu Dam), yang terluka, Yushin (Uhm Tae-woong) langsung mengumpulkan para jendral untuk membahas soal pasukan berkuda Baekje yang kecepatannya di luar perkiraan. Curiga kalau pasukannya telah ditipu, Yushin bersiasat untuk menggiring pasukan Baekje melewati medan berlumpur. Saat tengah digiring untuk menuju tempat yang telah ditentukan, Yushin mendapat laporan kalau pasukan Baekje mendadak mundur.

Tak berapa lama, dari arah belakang pasukan yang sama tiba-tiba muncul sehingga membuat tentara Shilla kocar-kacir. Kejadian tersebut membuat mata Yushin terbuka bahwa selama ini pasukan Baekje ternyata bukan hantu seperti yang diduga melainkan karena mereka memiliki dua unit yang berseragam identik. Sambil tersenyum, Yushin langsung memerintahkan Wolya (Joo Sang-wook) untuk mempersiapkan pasukan demi melakukan strategi balasan.

Ratu Seon Deok akhirnya bicara terus-terang kepada Bidam tentang kesepian yang dirasakannya sejak memutuskan untuk kembali ke istana, mulai dari tidak punya nama (gelar Ratu Seon Deok, dan para raja-raja sebelumnya, diberikan setelah yang bersangkutan wafat) hingga tidak bisa bersikap sebagaimana layaknya manusia biasa. Sambil berbicara, Ratu Seon Deok terus meneteskan air mata.

Dengan wajah sendu, Ratu Seon Deok meminta Bidam, orang terakhir yang memperlakukan dirinya sebagai wanita normal, untuk selalu berada di sisinya. Begitu dipeluk, kali ini Ratu Seon Deok tidak lagi menahan diri dan langsung membalas pelukan Bidam.

Keesokan harinya, keputusan besar diambil Ratu Seon Deok. Di hadapan para pejabat, ia mengumumkan pencopotan jabatan Kim Yongchun (Do Yi-sung) dan mengalihkan posisi perdana menteri kepada Bidam. Sudah tentu keputusan tersebut langsung ditentang Chunchu, namun seperti biasa, Ratu Seon Deok ternyata punya rencana sendiri yang sulit ditebak.

Posisi prajurit Shilla semakin genting, tentara Baekje pimpinan Gyebaek yang sudah merasa di atas angin langsung memutuskan untuk menghabisi sang musuh dengan menyerang tenda. Gyebaek tidak sadar kalau dirinya sudah masuk ke perangkap Yushin.

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 61

Tayang Kamis, 4 Februari 2010 pukul 16:30 WIB di Indosiar

Bisa dibayangkan, bagaimana kagetnya Gyebaek ketika mendapati pasukan Baekje pimpinannya telah masuk perangkap Jendral Kim Yushin.

Dikutip dari http://www.indosiar.com/sinopsis/84296/the-great-queen-seon-deok-episode-61 [Edisi online: Kamis, 4 Februari 2010] Penyergapan yang dilakukan Yushin (Uhm Tae-woong) berlangsung serentak alias ditujukan pada kedua pasukan berkuda Baekje. Bahkan dengan teknologi yang baru, busur panah Shilla mampu menjangkau jarak yang lebih jauh. Di medan pertempuran, duel antara Yushin dan Gyabaek tidak bisa dihindari lagi.

Di istana, Bidam (Kim Nam-gil) gembira setelah diangkat sebagai perdana menteri. Untuk membuktikan pengabdiannya yang ikhlas kepada Ratu Seon Deok (Lee Yo-won), Bidam membuat surat perjanjian yang menyebut bakal meninggalkan Shilla dan menjadi pertapa bila sang ratu lebih dulu mangkat. Sambil tersenyum lebar, Bidam mengaku sangat lega karena sudah tahu apa yang membuat Ratu Seon Deok menjauhinya.

Sama-sama kuat, pertarungan antara Yushin dan Gyebaek berlangsung seimbang. Namun pelan-pelan, pasukan Shilla mulai diatas angin sehingga Gyebaek terpaksa memerintahkan anak buahnya untuk mundur. Kabar tersebut terdengar hingga Seorabol, dimana Bidam dengan jitu telah menyiapkan strategi untuk mengakhiri perang antara dua negara.

Kemenangan Yushin dan Wolya (Joo Sang-wook) disambut gembira oleh Ratu Seon Deok, yang langsung memerintahkan keduanya untuk mulai mengembangkan senjata. Perang dengan Baekje membuat sang ratu sadar kalau keputusannya untuk memprioritaskan besi sebagai alat pertanian dan bukan senjata adalah kekeliruan besar.

Dengan tegas, Ratu Seon Deok memutuskan agar pasukan yang sebelumnya dikomandoi Bidam diserahkan sepenuhnya di bawah kendali dewan pimpinan Yushin. Keputusan tersebut sempat ditentang, namun siapa sangka Bidam sendiri yang justru membela keputusan Ratu Seon Deok. Kejutan masih belum selesai, sang ratu juga menyebut bakal segera menikah… dengan Bidam.

Kedua kubu langsung bereaksi keras, Chunchu (Yoo Seung-ho) mulai kuatir dengan strategi sang bibi yang dianggap berpotensi membawa kekacauan. Sementara di tempat lain, kubu Bidam pimpinan Misaeng (Jung Woong-in) bersikap hati-hati karena mereka sadar betul hampir semua keputusan Ratu Seon Deok diambil dengan rencana matang.

Satu-satunya orang yang memberi selamat dengan tulus adalah Yushin, yang menyebut kehadiran Bidam setidaknya bisa membuat Ratu Seon Deok tidak kesepian lagi. Bahkan saat berpapasan dengan Bidam, yang telah berulang kali berusaha mencelakainya, Yushin mampu mengucapkan kata selamat tanpa maksud buruk sedikitpun.

Perubahan sifat Bidam akibat perlakuan Ratu Seon Deok membuat pria itu mengambil keputusan berani : menyerahkan peta geografi Tiga Kerajaan yang disusun mendiang Munno kepada Yushin. Bidam tidak sadar bahwa niatnya untuk berubah bakal mendapat hambatan besar terutama dari Yeomjong dan orang-orang yang berpihak pada dirinya.

Begitu bertemu dengan Ratu Seon Deok, Chunchu menyuarakan kekuatiran kalau Bidam akan ingkar janji. Untuk menentramkan hati sang keponakan, Ratu Seon Deok menunjukkan surat yang telah dibuat Bidam ditambah titah resmi darinya yang mirip dengan apa yang pernah dilakukan Raja Jinheung terhadap Mishil puluhan tahun sebelumnya.

Yeomjong yang panik langsung menggeledah kamar Bidam, dan menemukan surat perjanjian rahasia pria itu dengan Ratu Seon Deok. Dengan cepat, ia mengumpulkan para bangsawan yang berpihak pada Bidam demi mencegah sang majikan menjalankan niatnya. Sesuai kesepakatan bersama, Misaeng dan Yeomjong mulai menyiapkan strategi.

Hubungan Bidam dan Ratu Seon Deok semakin dekat. Menjelang rencana pernikahan mereka yang semakin dekat, Bidam tidak malu-malu lagi menunjukkan perhatiannya pada sang wanita yang dicintai. Dengan lembut, pria itu menarik tangan sang ratu dan menyuruhnya beristirahat.

Menaruh telapak tangannya di dada Ratu Seon Deok, Bidam tersenyum lembut dan mengatakan tidak akan beranjak hingga sang ratu tertidur pulas. Mendapat perhatian dari seorang pria setelah sekian lama membentengi diri, Ratu Seon Deok semakin terlena dan jatuh cinta pada Bidam.

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 62

Tayang Jumat, 5 Februari 2010 pukul 16:30 WIB di Indosiar

Kedatangan utusan dari kerajaan Tang digunakan oleh anak buah Bidam untuk menekan pimpinannya.

Dikutip dari http://www.indosiar.com/sinopsis/84325/the-great-queen-seon-deok-episode-62 [Edisi online: Jumat, 5 Februari 2010] — Dengan kemampuan diplomasinya, Misaeng (Jung Woong-in) berhasil mempengaruhi utusan Tang untuk menekan Ratu Seon Deok (Lee Yo-won). Langsung tersenyum licik karena rencananya berjalan mulus, Misaeng diberitahu Yeomjong untuk mau menggunakan oseon alias kipas bulu untuk menyampaikan pesan rahasia.

Kedatangan utusan Tang langsung disambut dengan gembira oleh Ratu Seon Deok, namun semua berubah ketika sang utusan malah menyindir kerajaan Shilla yang dipimpin oleh seorang wanita. Tidak mau kalah gertak, Ratu Seon Deok dengan tegas menyuruh para utusan untuk ditahan. Tidak cuma itu, ia juga menyatakan siap memutuskan hubungan dengan kerajaan Tang.

Keputusan tersebut tidak hanya mengejutkan utusan Tang, namun juga Misaeng. Dengan wajah pucat, ia langsung berembuk dengan rekan-rekannya untuk mencari cara menghubungi sang utusan yang ditahan. Sayang, usaha mereka terbentur oleh satu orang : Alcheon (Lee Seung-hyo), yang ditugaskan untuk menjaga tahanan dengan ketat.

Ratu Seon Seok ternyata memiliki segudang strategi, dengan sengaja ia membiarkan para penjaga disogok untuk mengetahui siapa dalang dibalik semua kejadian. Strateginya berhasil, utusan Tang menyerahkan pesan rahasia yang disimpan dalam oseon (kipas bulu) untuk disampaikan ke kubu Bidam.

Kipas bulu tersebut nyatanya diserahkan oleh penjaga yang disogok ke Ratu Seon Deok. Mulai memikirkan strategi apa yang tengah dilancarkan oleh musuh, sang ratu diberitahu Chunchu (Yoo Seung-ho) akan strategi kipas bulu yang pernah dipelajarinya saat berada di pengasingan. Dugaannya tepat, kipas tersebut menyimpan pesan rahasia…yang ditujukan pada Bidam (Kim Nam-gil).

Chunchu sangat marah begitu membaca isi pesan utusan Tang, ia meminta Ratu Seon Deok untuk menghukum Bidam seberat-beratnya karena berniat melakukan pemberontakan. Melihat sang ratu ragu-ragu, Chunchu tidak bisa menyembunyikan kemarahannya dan langsung keluar ruangan tanpa bicara lagi.

Di kediamannya, Bidam langsung termenung begitu tahu para pengikutnya sangat berambisi menjadikan dirinya sebagai raja. Bernia untuk menjelaskan semuanya, Bidam mendatangi istana Ratu Seon Deok namun kehadirannya ditolak. Untuk mencegah masalah semakin rumit, ia ganti mengunjungi tempat dimana utusan Tang ditahan. Bisa dibayangkan, bagaimana terkejutnya Bidam saat tahu kipas bulu berisi pesan rahasia sudah jatuh ke tangan Ratu.

Fakta tersebut membuat Bidam lemas, ia langsung teringat akan apa yang pernah dilakukan gurunya Munno yang mengacuhkannya setelah membuat kesalahan besar. Namun ia tetap ngotot ingin membuktikan dirinya tidak bersalah, dan kembali hadir di istana Ratu Seon Deok. Suasana sempat berlangsung canggung, karena di tempat itu ternyata sudah ada Chunchu, Yushin (Uhm Tae-woong), dan Alcheon.

Dengan jujur, Bidam mengaku kalau pesan rahasia di kipas utusan Tang tidak ada hubungan dengan dirinya. Sudah tentu, ucapannya langsung disambut oleh rasa tidak percaya. Secara mengejutkan, hanya satu suara yang menyatakan percaya : Ratu Seon Deok. Dengan gembira, Bidam menyebut dirinya akan mengatasi ‘pemberontakan’ yang dilakukan para anak buahnya.

Begitu keluar, Bidam langsung disambut Misaeng, Hajong (Kim Jung-hyun), dan Bojong (Baek Do-bin) dengan tatapan curiga. Begitu menggelar rapat di kediamannya, Bidam pura-pura mengaku kalau Ratu Seon Deok belum mengetahui isi pesan rahasia, dan mengancam bakal membunuh siapapun yang berani bertindak di luar perintahnya.

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 63

Tayang Senin, 8 Februari 2010 pukul 16:30 WIB Indosiar

Bidam keluar dari kediaman Ratu Seon Deok sambil tersenyum lega, ia sangat bahagia saat tahu sang ratu masih mempercayai ucapannya.

Dikutip dari http://www.indosiar.com/sinopsis/84359/the-great-queen-seon-deok-episode-63 [Edisi online: Sabtu, 6 Februari 2010] — Begitu keluar, Bidam (Kim Nam-gil) langsung disambut Misaeng (Jung Woong-in), Hajong (Kim Jung-hyun), dan Bojong (Baek Do-bin) dengan tatapan curiga. Begitu menggelar rapat di kediamannya, Bidam pura-pura mengaku kalau Ratu Seon Deok belum mengetahui isi pesan rahasia, dan mengancam bakal membunuh siapapun yang berani bertindak di luar perintahnya.

Meski Bidam mengaku masih tetap memiliki ambisi yang sama, ucapan tersebut tidak dipercaya begitu saja oleh anak buahnya. Begitu sang perdana menteri mengutus 10 prajurit untuk misi rahasia, 7 diantaranya ternyata berpihak pada Yeomjong. Begitu diberitahu, Bidam hanya tersenyum karena itu merupakan bagian dari strategi untuk mengetahui siapa yang setia padanya.

Oleh Santak, Bidam diberitahu bahwa Yeomjong tengah melakukan perekrutan untuk pekerjaan tambang secara besar-besaran. Sempat tersenyum, wajah Bidam langsung berubah panik karena tahu ada sesuatu yang tidak beres. Rupanya tanpa sepengetahuan Bidam, Yeomjong dan antek-anteknya tengah mengumpulkan pasukan yang bakal dilatih secara rahasia.

Kecurigaan juga dirasakan oleh Yushin (Uhm Tae-woong), yang langsung mengutus anak buahnya untuk mengikuti gerak-gerik Yeomjong. Meski gagal, keduanya berhasil mendapatkan fakta menarik : beberapa pembunuh bayaran yang ditugaskan menyerang ternyata merupakan anggota dari biro yang sebelumnya dipimpin Bidam.

Meski berusaha menutupi perbuatan anak buahnya, Bidam ditemani Santak berusaha mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya. Begitu tahu kalau para bawahannya diam-diam menggalang kekuatan, Bidam akhirnya mendatangi Yushin untuk meminjam pasukan dalam jumlah ribuan. Meski sempat heran, Yushin akhirnya menyetujui permintaan Bidam.

Namun belum sempat bertindak, keesokan harinya sebuah kejadian besar membuat rakyat Shilla gempar. Keruan saja, Ratu Seon Deok (Lee Yo-won) langsung mengumpulkan para bangsawan untuk mencari tahu kejadian apa yang bisa membuat Shilla begitu gempar. Bisa ditebak, kejadian tersebut membuat posisi Bidam semakin terdesak dan jurang antara dirinya dan sang ratu semakin lebar.

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 64

Tayang Selasa, 9 Februari 2010 pukul 16:30 WIB di Indosiar

Secara tersirat, surat yang diterima kabinet menyebut bahwa Bidam-lah yang kelak bakal menjadi penguasa Shilla.

Dikutip dari http://www.indosiar.com/sinopsis/84386/the-great-queen-seon-deok-episode-64 [Edisi online: Senin, 8 Februari 2010]Isi surat yang menyatakan Bidam (Kim Nam-gil) bakal menjadi penguasa membuat Chunchu (Yoo Seung-ho) marah, ia langsung mengutus pasukan pimpinan Seolji (Jung Ho-geun) untuk menyelidiki bahtera misterius yang muncul di perairan Shilla dan menemukan dalang dibalik semua kejadian.

Tekanan untuk menurunkan Bidam semakin kuat, namun Ratu Seon Deok (Lee Yo-won) sadar bahwa bukan sang perdana menteri yang menjadi dalang atas bahtera misterius dan surat bernada provokasi. Pasalnya sang ratu sadar, surat tersebut hanya membuat posisi Bidam semakin terjepit dan sama sekali tidak menguntungkan.

Di kediamannya, Bidam langsung memarahi seluruh pengikutnya yang telah lancang. Namun, ucapannya malah dibantah oleh satu-persatu mulai dari Jujin, Yeomjong, hingga Misaeng (Jung Woong-in), yang mengaku bahwa apa yang dilakukan adalah untuk memastikan Bidam tidak melenceng dari tujuan awal.

Kehabisan akal, Bidam meminta waktu untuk bertemu Ratu Seon Deok. Awalnya penjaga pintu tidak mengijinkan, untungnya muncul Alcheon (Lee Seung-hyo) yang langsung membantu. Di dalam ruangan, Ratu Seon Deok menyebut bahwa meski tahu kalau Bidam bukan dalang dibalik semua kejadian, namun pria itu dianggap sulit mengatur pengikutnya. Obrolan terhenti ketika sang ratu tiba-tiba merasakan nyeri di dada, wajah Bidam langsung berubah kuatir karena tahu ada yang tidak beres.

Chunchu ternyata benar-benar serius menyelidiki semuanya, ia berhasil menemukan siapa yang membuat bahtera misterius. Yeomjong yang ketar-ketir langsung memerintahkan supaya para pembuat perahu dibunuh. Salah seorang diantaranya berhasil lolos, sehingga pria licik itu langsung mengerahkan pasukan panah. Suasana semakin panas ketika salah satu anak panah mengenai Chunchu.

Kejadian tersebut keruan saja membuat Ratu Seon Deok murka, ia sadar bahwa dalang dibalik peristiwa pemanahan tidak hanya berniat menghabisi pembuat perahu melainkan juga Chunchu. Langsung mengumpulkan para pejabat, ia memerintahkan supaya dalang pemanahan diusut tuntas dan diberi hukuman berat sebagai contoh bagi mereka yang berani menyerang keluarga kerajaan.

Tidak puas dengan tindakan Ratu Seon Deok, Chunchu memutuskan untuk mendatangi Bidam. Keduanya terlibat percakapan serius, Chunchu dengan sengaja mengintimidasi Bidam dengan menyebut bahwa meski orang melihat dirinya lemah, sang pangeran selalu menuntaskan masalah sekecil apapun…termasuk menghabisi Daenambo yang telah menghilang sejak pemberontakan Mishil.

Sebelum pergi, Chunchu membenarkan ucapan Bidam kalau dirinya sempat takut pada sang perdana menteri. Namun, semua itu adalah masa lalu, saat tindakan Bidam masih belum bisa diprediksi. Ucapan terakhir Chunchu, yang menyebut bahwa Ratu Seon Deok sebenarnya tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadap Bidam, langsung memukul mental pria itu.

Saat berjalan kembali ke kediamannya, dalam hatinya Chunchu bergumam bahwa ia tahu betul betapa besarnya cinta dan pengabdian Bidam kepada Ratu Seon Deok. Namun, di sisi lain ia juga tahu bahwa kehadiran Bidam dan pengikutnya akan menghambat cita-cita menyatukan Tiga Kerajaan.

Penyelidikan yang sudah berlangsung membuat Yeomjong ketar-ketir, ia langsung meminta para pengikut Bidam yang lain untuk menggerakkan pasukan. Saat mereka terlihat ogah-ogahan, Yeomjong ternyata telah mengantisipasi semuanya sehingga Misaeng, Bojong (Baek Do-bin), Hajong (Kim Jung-hyun) dan yang lain tidak punya pilihan.

Sadar kalau Bidam sudah tidak bisa lagi mengendalikan para pengikutnya, Ratu Seon Deok meminta pria yang dicintainya itu untuk pergi ke tempat yang jauh. Berjanji bakal memanggil kembali setelah semua masalah selesai, Ratu Seon Deok menyerahkan cincinnya pada Bidam sebelum berpisah.

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 65

Tayang Rabu, 10 Februari 2010 pukul 16:30 WIB di Indosiar

Tidak sadar kalau dirinya dijebak, Bidam mengira orang yang menyerangnya adalah suruhan Ratu Seon Deok.

Dikutip dari http://www.indosiar.com/sinopsis/84421/the-great-queen-seon-deok-episode-65 [Edisi online: Selasa, 9 Februari 2010]Meski sudah ditodong oleh sebilah pedang, Yeomjong tertawa terbahak-bahak. Menyebut bahwa Bidam (Kim Nam-gil) sudah tidak punya tempat lagi karena Ratu Seon Deok (Lee Yo-won) dan para prajurit Shilla telah memburunya, satu-satunya opsi pria itu adalah berkumpul kembali dengan para pengikutnya.

Di tengah provokasi Yeomjong, Bidam terus berjalan dengan terhuyung-huyung, ia masih belum bisa menerima kalau Ratu Seon Deok yang begitu dipercayai dan dicintainya telah mengingkari kesepakatan. Sambil menggenggam cincin yang pernah diberikan sang ratu, Bidam tidak sadar bahwa di saat yang bersamaan, Ratu Seon Deok mengirim Jukbang (Lee Moon-shik) untuk memberikan sebuah surat pada pria itu.

Strategi Yeomjong sukses, Bidam akhirnya memutuskan untuk kembali memimpin para pengikutnya. Berbeda dengan dugaan, Bidam memutuskan untuk menggunakan strategi jitu : tetap berada di Seorabol dan merebut pengaruh para bangsawan dan rakyat. Tujuannya cuma satu : mendongkel Ratu Seon Deok dan menguasai tahta Shilla.

Begitu tahu kalau pasukan pemberontak, tanpa tahu pemimpinnya adalah Bidam, bergerak tidak seperti yang diperkirakan, Yushin (Uhm Tae-woong) dan Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) mengambil kesimpulan yang mengejutkan : mereka bergerak menuju Seorabol. Dengan cepat, Yushin memimpin pasukan sebanyak dua ribu orang untuk menghadapi para pemberontak.

Mampu membaca strategi lawan, Bidam langsung memerintahkan Hojae (Go Yoon-ho) untuk menyerang pasukan Yushin dan siap mundur bila diperintahkan. Ternyata tujuannya cuma satu : menguasai benteng yang ditinggalkan pasukan Yushin, yang terkonsentrasi pada pertempuran.

Wajah Ratu Seon Deok langsung berubah pucat saat tahu musuhnya menggelar strategi yang begitu lihai, dimana ada dua kekuatan yang saling bertentangan di Seorabol. Kini posisi dua kubu yang saling berhadapan hanya sekitar 15 menit perjalanan, dan apabila Ratu Seon Deok mengerahkan pasukan, perang saudara tidak bisa dihindari lagi.

Sambil tersenyum penuh kemenangan, Bidam masuk ke dalam benteng yang berhasil dikuasainya untuk menggelar strategi selanjutnya. Oleh Misaeng (Jung Woong-in), disarankan agar mereka menyebar desas-desus yang bertujuan untuk membuat rakyat mempertanyakan kekuasaan Ratu Seon Deok. Di istana, Chunchu (Yoo Seung-ho) langsung bisa menebak bahwa Bidam-lah yang memimpin pasukan pemberontak.

Dengan jabatan sebagai perdana menteri ditambah dukungan dari para anggota kongres yang memihak pada dirinya, Bidam menggelar rapat yang menyatakan mosi tidak percaya pada pemerintahan Ratu Seon Deok. Kali ni sang ratu tidak bisa menahan kesabaran lagi, ia memutuskan untuk menghadapi aksi Bidam dengan tegas.

Dibantu oleh Santak (Kang Sung-pil), Jukbang nekat menemui Bidam untuk memberikan surat dari Ratu Seon Deok karena heran melihat perubahan sikap sang perdana menteri. Begitu membaca isi surat, Bidam langsung marah besar karena mengira kehadiran Jukbang adalah bagian dari strategi Chunchu. Namun begitu melihat raut wajah sang penasehat ratu, Bidam mulai ragu-ragu.

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 66

Tayang Kamis, 11 Februari 2010 pukul 16:30 WIB di Indosiar

Dikutip dari http://www.indosiar.com/sinopsis/84422/the-great-queen-seon-deok-episode-66 [Edisi online: Rabu, 10 Februari 2010]Kuatir kedoknya terbongkar, Yeomjong mengutus orang untuk menghabisi Santak (Kang Sung-pil). Sementara itu di istana, giliran Ratu Seon Deok (Lee Yo-won) yang bingung saat diceritakan kalau Bidam (Kim Nam-gil) mengira dirinya menyuruh orang untuk menghabisi sang perdana menteri.

Berbagai kejadian yang begitu mengejutkan membuat kondisi fisik Ratu Seon Deok langsung merosot tajam. Ketika Yushin (Uhm Tae-woong) menghadap, Ratu Seon Deok menceritakan ketidakberdayaannya yang meski sadar kalau Bidam dijebak oleh Yeomjong, ia tetap tidak mampu membela sang pria yang dicintai. Melihat dilema yang dialami sang junjungan, Yushin hanya bisa menatap dengan perasaan sedih.

Meski berat, Ratu Seon Deok akhirnya mengirimkan perintah yang tegas : Bidam dan para pengikutnya harus dihukum mati. Sama-sama memutuskan untuk mengerahkan pasukan, dua orang yang saling mencintai akhirnya harus saling berhadapan dengan taruhan nyawa.

Dengan suara keras, Ratu Seon Deok berpidato untuk memompa semangat tempur pasukannya pasukan. Namun dibelakangnya, Alcheon (Lee Seung-hyo) menatap sang ratu dengan wajah kuatir karena demi melihat wajahnya yang pucat dan keringat yang terus menetes dari dahi wanita penguasa Shilla itu.

Setelah berbicara di depan pasukan, Ratu Seon Deok tiba-tiba nyaris terjatuh saat hendak kembali ke istana. Keruan saja, hal ini membuat Alcheon, Yushin, Chunchu (Yoo Seung-ho), dan Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) kuatir.

Bertepatan dengan ambruknya sang ratu, bintang yang berada di atas istana tiba-tiba jatuh dan menghilang. Langsung dianggap sebagai pertanda kalau kekuasaan Ratu Seon Deok sudah mencapai akhir, kesempatan itu digunakan Bidam untuk mengobarkan semangat pasukannya.

Saat tahu kalau penyakit Ratu Seon Deok sudah lama diketahui tabib, Yushin dengan wajah kuatir berusaha mencari tahu. Namun, sang ratu malah berbicara tentang mimpinya bertemu dengan seorang wanita berpakaian putih yang tiba-tiba memeluknya sambil meneteskan air mata. Kuatir kalau Ratu Seon Deok mulai mengigau, Yushin diingatkan oleh Alcheon untuk mengurungkan niatnya bertanya tentang penyakit sang putri.

Begitu diberi ijin untuk mengerahkan pasukan, Yushin mulai menyusun strategi. Meski sempat diserang, Bidam mengira kalau apa yang dilakukan Yushin adalah demi memancing pasukannya keluar sarang. Perkiraannya salah besar. Tiba-tiba terjadi kehebohan di luar markas musuh, bintang yang semula jatuh kembali ke langit.

Sempat terpukau dengan strategi tersebut, Bidam baru sadar bahwa selain menurunkan moral pasukan, bintang tersebut merupakan isyarat dari Yushin untuk melakukan serangan secara serentak. Munculnya Santak (Jang Sung-pil) yang membawa kabar bahwa Yeomjong adalah dalang dibalik semua kejadian membuat semangat tempur Bidam langsung sirna.

0 komentar:

Posting Komentar

 
love creditosbtemplates creditos Templates by lecca 2008 .....Top